Pemikiran Pembaharuan Muhammad Abduh Dan Qasim Amin Di Mesir

Makalah Iptek - Contoh makalah pemikiran pembaharuan mesir oleh Muhammad Abduh dan Qasim Amin yang tersohor

PEMBAHARUAN DI MESIR, PEMIKIRAN PEMBAHARUAN MUHAMMAD ABDUH DAN QASIM AMIN

BAB I PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang


Kepedulian untuk melakukan pembaharuan dalam masyarakat, dalam segala bidang yang khususnya untuk mencari jati diri dan memperbaiki nasib wanita lebih diutamakan. Kepeduliaannya yang demikian tinggi terhadap masalah perempuan dan masyarakat.  Dari beberapa ide mengenai kebebasan wanita tersebut  di atas, tentu ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju , akan tetapi  usaha meningkatkan  wanita itu kini dirasakan hasilnya. Begitu tingginya keinginantokoh pembaharu islam untuk merubah nasib kaum perempuan. Dan ingin mengangkat tinggi harkat dan martabat perempuan, bahwa perempuan itu ber hak mendapatkan pendidikan layak dan bebas mengeluarkan pendapat.Sehingga mempunyai posisi yang sederajat dengan laki-laki pada umumnya.

Para tokoh pembaharu islam sangat menentang dengan ajaran yang di terapkan pada masyarakat Mesir, yang menganggap perempuan itu hanya sebagai pengundang nafsu, dan di wajibkan untuk menutup seluruh tubuhnya termasuk muka dan telapak tangan. Tetapi menurut pemikir modern ajaran yang di terapkan pada masyarakat Mesir ini telah melenceng dari syariat islam kesannya sebagai bentuk pemingitan pada kaum perempuan dan adanya saling diskriminasi antar yang satu dengan lainnya. Padahal dalam islam sendiri ditegaskan bahwa antar laki-laki dan perempuan mempunyai derajat yang sama sehingga ia mempunyai hak utuh terhadap kehidupannya selama masih dalam koridor keislaman. Hal seperti ini tentunya bertujuan agar mendapatkan generasi penerus yang berkuwalitas tinggi.

Namun pada kenyataannya seperti yang telah digambarkan di atas bahwa antar satu dengan lainnya masih membeda-bedakan dan saling tindas-menindas. Maka atas lahirnya pemikiran Qasim Amin maka diharapkan suasana kehidupan akan tetap terjalin sikap yang saling menghargai satu sama lainnya.

Begitu pentingnya dalam mempertahankan hak-hak pada manusia, disamping itu juga terdapat pembaharu yang memikirkan masalah agama dan politik yang dilakukan oleh kelompok sebagian manusia. Ia dikenal dengan nama Muhammad Abduh.

Muhammad Abduh termasuk salah satu pembaharu agama dan sosial di Mesir pada abad ke 20 yang pengaruhnya sangat besar di dunia Islam .Dialah penganjur yang sukses dalam membuka pintu ijtihad untuk menyesuaikan Islam dengan tuntutan zaman modern.

Di dunia Islam Ia terkenal dengan pembaharuannya di bidang keagamaan, dialah yang menyerukan umat Islam untuk kembali kepada Al Quran dan As sunnah as Sahihah. Ia juga terkenal dengan pembaharuannya dibidang pergerakan (politik), dimana Ia bersama Jamaludin al-Afgani menerbitkan majalah al’Urwatul Wutsqa di Paris yang makalah-makalahnya menghembuskan semangat nasionalisme pada rakyat Mesir dan dunia Islam pada umumnya.

Disamping Ia dikenal sebagai pembaharu dibidang keagamaan dan pergerakan (politik), Ia juga sebagai pembaharu dibidsang pendidikan Isalam, dimana Ia pernah menjabat Syekh atau rektor Universitas AlAzhar di Cairo Mesir. Pada masa menjabat rektor inilah Ia mengadakan pembaharuan-pembaharuan di Universitas tersebut, yang pengaruhnya sangat luas di dunia Islam.

Maka dari sinilah  kami akan mengangkat sebuah tema yang manyajikan tentang arti dan pentingnya pendidikan bagi kita dan juga hak-hak apa yang ada dalam diri kita sehingga diharapkan antar yang satu dengan yang lain tidak saling menyingirkan ataumendiskriminasikan. Dan yang kita ambil dari pemikiran filusuf muslim yang terkenal yaitu “ Qasim Amin dan Muhammad Abduh”.

B.     Rumusan Masalah

Pembahasan ini terfokus pada bagaimana pandangan Muhammad Abduh dan Qasim Amin tentang pembaharuan dalam islam?

C.    Tujuan

Dalam pembahasan makalah ini ialah bertujuan untuk mengetahui pandangan Muhammad Abduh dan Qasim Amin tentang konsep pembaharuan dalam islam.


BAB II PEMBAHASAN

A.    Riwayat Hidup Qasim Amin dan Muhammad Abduh


A.1. Biografi Qasim Amin


Qasim Amin di lahirkan  di kota Cairo paada tahun 1863, dari seorang ayah Muhammad Beik Amin yang berdarah Turki dan Ibundanya berdarah Mesir Kelahiran Sha’id. Keluarga Muhammad Beik berasal dari keluarga penguasa negara dan tergolong kaya.

Muhammad Beik juga merupakan sosok pratisi yang tergolong ilmuan dan kaya dengan pengalaman praktis, terutama dari pengalaman  sebagai pegawai tinggi Turki,  Beliau juga turut berperan dalam karir Amin. Karena sang ayah tidak rela jika anaknya hanya sekedar mempunyai kemampuan teoritis.

Cara Beliau mewujudkan kepeduliannya yaitu dengan cara menjalin hubungan yang baik dengan Mustafa Fahmi. Yaitu dengan cara, menitipkan putranya untuk dilatih secara praktis di kantor pengacara tersebut.

Qasim Amin ialah sosok intelektual Mesir yang memiliki basis pendidikan dan pergaulan yang luas, perjalanannya pun mulai dari Dunia Arab khas Timur Tengah hingga dunia Eropa dan Amerika yang metropolis. Qasim Amin bisa diandaikan sebagai “ikon” yang begitu getol memperjuangkan terciptanya peradaban baru islam yang berbingkai keadilan, kesetaraan dan kemuliaan bagi laki-laki dan perempuan sekaligus.

Pendidikan awal diperoleh Amin di Madrasah Ra’sul Altin di Iskandariyah, kemudian pendidikan menengah diperoleh di Madrasah Tajhziyah di Cairo Dan pendidikan tingginya ia mengambil jurusan hukum di Madrasah al Huquq al-Hudawiyah dan memperolah gelar Lience pada tahun 1881 di samping itu  juga  Ia rajin membaca buku-buku barat, sehingga cakrawala berpikirnya jauh ke depan dan dapat mengetahui mana tulisan obyektif dan tidak, namun ia tidak menutup mata kenyataan bahwa umat islam terdapat banyak kejelekan-kejelekannya  itu di sebabkan  oleh silih bergantinya penjajah menduduki Mesir.

Oleh sebab itu  ia berusaha mengadakan pembaharuan dalam masyarakat, dalam segala bidang dan tampaknya memperbaiki nasib wanita lebih diutamakan. Kepeduliaanya yang demikian tinggi terhadap masalah perempuan dan masyarakat. Wanita yang terbelakang dan jumlahnya sekitar seperdua dari jumlah penduduk Mesir, merupakan hambatan  dalam pelaksanaan  pembaharuan, karena itu kebebasan  dan pendidikan wanita  perlu mendapat perhatian.

Ide-ide kebebasan wanita tersebut  di atas, tentu ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju , akan tetapi  usaha meningkatkan  wanita itu kini dirasakan hasilnya.

Adapun karya yang di hasilkan Amin diantaranya, Mishr wa al-Misriyyum wa al-Nataij wa akhlaq al-Waiz, Tarbiyyat al-Mar’at wa al-Hijab dan Mar’at al-Muslimat. Dari sekian karyanya, terlihat betapa Amin termotivasi dan mencoba mengembangkan gagasan Abduh tentang kemakmuran masyarakat dan kepentingan bersama.

A.2. Biografi Muhammad Abduh


Muhammad Abduh lahir disuatu desa di Mesir Hilir tahun 1849. Bapaknya bernama Abduh Hasan Khaerullah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir.Ibunya dari bangsa Arab yang silsilahnya sampai Umar bin Khatab. Mereka tinggal dan menetap di Mahallah Nasr. Muhammad Abduh dibesarkan dilingkungan keluarga yang taat beragama dan mempunyai jiwa keagamaan yang teguh.

Muhammad Abduh mulai belajar membaca dan menulis serta menghapal Al Qur’an dari orang tuanya, kemudian setelah mahir membaca dan menulis diserahkan kepada satu guru untuk dilatih menghafal Al Qur’an. Ia dapat menghapal Al Qur’an dalam masa dua tahun. Kemudian Ia dikirim ke Tanta untuk belajar agama di Masjid Sekh Ahmad ditahun 1862. Ia belajar bahasa Arab, nahwu, sarf, fiqih dan sebagainya. Metode yang digunakan dalam pembelajaran itu tidak lain metode hapalan diluar kepala, dengan metode ini Ia merasa tidak mengerti apa-apa sehingga Ia tidak puas dan meninggalkan pelajarannya di Tanta.

Ketidakpuasan dengan metode menghapal diluar kepala, Ia meninggalkan pelajarannya dan kembali pulang kekampung halamannya dan berniat akan bekerja sebagai petani. Dan pada tahun 1865, sewaktu masih berumur 16 tahun Ia menikah. Setelah empat puluh hari menikah, Ia dipaksa orang tuanya kembali ke Tanta untuk belajar, Ia pun meninggalkan kampungnya tapi tidak pergi ke Tanta, malah bersembunyi dirumah pamannya yang bernama Syekh Darwisy Khadr seorang terpelajar pengikut tarikat Syadli dan merupakan alumni pendidikan tasawuf di Libia dan Tripoli.

Syekh Darwisy kelihatannya tahu keengganan Muhammad Abduh untuk belajar, kemudian ia selalu membujuk pemuda itu untuk bersama-sama membaca buku, namun setiap kali dibujuk Muhammad Abduh tetap menolaknya .Berkat kegigihan Syekh Darwisy akhirnya Muhammad Abduh mau membacanya dan setiap Ia membaca beberapa baris Syekh Darwisy memberi penjelasan luas tentang arti yang dimaksud oleh kalimat itu. Setelah beberapa kali membaca Muhammad Abduhpun berubah sikapnya terhadap buku dan ilmu pengetahuan. Setelah itu Ia mengerti apa yang dibacanya dan ingin mengerti dan tahu lebih banyak. Akhirnya Iapun pergi ke Tanta untuk meneruskan pelajarannya. Setelah selesai belajar di Tanta, Ia meneruskan studinya di Al-Azhar pada tahun 1866. Sewaktu belajar di Al-Azhar inilah Muhammad Abduh bertemu dengan Jamaludin Al-Afgani, ketika ia datang ke Mesir dalam perjalanan ke Istambul.Dalam perjumpaan ini Al-Afgani memberikan beberapa pertanyaan kepada Muhammad Abduh dan kawan-kawan mengenai arti dan maksud beberapa ayat Al-Qur an .Kemudian ia memberikan tafsirannya sendiri. Perjumpaan ini memberikan kesan yang baik didalam diri Muhammad Abduh.

Ketika Jamaludin Al-Afgani datang da tahun 1871, untuk menetap di Mesir ,Muhammad Abduh menjadi murid yang paling setia. Ia belajar filsafat dibawah bimbingan Al-Afgani. Dimasa ini Ia mulai munulis di harian Al-Akhram yang pada waktu itu baru saja terbit. Pada tahun 1877 studinya selesai di Al-Azhar dengan mendapat gelar ‘Alim .Ia kemudian mengajar di almamaternya yaitu Al-Azhar, Darul Ulum dan dirumahnya sendiri, Ia mengajarkan buku akhlak karangan Ibnu Maskawaih, Muqaddimah Ibnu Khaldun dan Sejarah kebudayaan Eropa karangan guizot dan lain-lain. Dari sinilah Ia mengadakan pembaharuan-pembaharuan khususnya dibidang pendidikan Islam.[1]

B.     Pemikiran Pembaharu Islam


B.1. Pemikiran Qasim Amin Tentang Emansipasi Wanita


Usaha Amin memberdayakan dan mengangkat martabat perempuan, di mata Amin, adalah usaha untuk menegakkan apa yang di pandangnya  sebagai prinsip  ideal Islam vis avis realitas sosial perempuan Mesir, dan juga demi sebuah kemajuan bangsa.

Gagasan ini muncul sebagai refleksi dan wujud kepedulisn intelektual Amin terhadap realitas perempuan Mesir. Ia juga melihat perempuan di Mesirtelah dipinggirkan dalam relasi laki-laki. Ide emansipasi wanita yang dicetuskan oleh Qasim Amin timbul karena sentakan tulisan wanita prancis  Duc. D’ Haorcourt yang mengkritik  struktur sosial masyarakat Mesir, terutama keadaan perempuan di sana. Lalu ia mengkaji status wanita di Barat dan di Timur, dan akhirnya ia berkesimpulan bahwa :[2]

1.        Merasa perhatian atas nasib kaum wanita, di Barat yang sangat bebas pergaulannya sehingga merendahkan martabat itu sendiri dan di Mesir sangat terkengkang sehingga menghilingkan kebebasan wanita.

2.        Kaum wanita mencapai setengah penduduk di setiap negeri dan tidak mungkin memajukan negara (umat islam) tanpa mengikuti sertakan wanita.

3.        Masyarakat menganggap bahwa pendidikan wanita tidak peting. Bahkan masih ada yang mempertanyakan apakah boleh menurut syara’ mendidik wanita.

4.        Masyarakat (arab) waktu itu memandang wanita hanya sebagai objek seksual dan menjadi   pengganggu kaum pria. Untuk itu mereka harus di pingit jika akan keluar dari rumah, dan mereka juga harus menutup seluruh tubuhnya.

5.        Para ulama berpendapat bahwa aurat kaum wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak tangan.

6.        Pandangan masyarakat terhadap wanitapun menjadi rendah, boleh di madu semau hati, dan bila sudah tidak suka dengan mudah bisa di ceraikan.

Selanjutnya ada beberapa pendapat Qasim Amin di antaranya adalah:[3]

a.    Wanita memegang posisi penting dalam mempersiapkan generasi penerus yang baik melalui, pendididkan anak-anak di rumah tangga sebagai pendamping suami dan berperan akan kehidupan sosial yang kesemuanya itu dapat dilakukan  dengan baik jika wanita di beri pendidikan. Dan wanita juga bisa seperti pria yang mempunyai potensi  yang besar dalam menempu pendidikan dan mempunyai kesempatan mengembangkan kemampuan atau kreatifitas yang di milikinya.

b.    Hijab untuk menutup muka dan telapak tangan dan dilarangnya wanita keluar rumah, itu sudah menjadi tradisi masyarakat yang menghalangi kebebasan bergerak bagi wanita. Tetapi dalam Al-Quran dan hadist tidak melarang wanita menampakan muka dan telapak tangan di depan umum.

c.    Pengertian para ulama tentang akad nikah adalah kurang tepat. Sebab definisi itu lebih mengarah kepada meletakkan wanita dalam perkawinan sebagai objek sosial.

d.   Asas perkawinan dalam islam adalah poligami hanya di izinkan dalam keadaan khusus yang di benarkan dalam syara’  bukan dengan alasan untuk maemberi  kesempatan kepada pria untuk melampiaskan nafsu syahwat.

Adapun perubahan yang di lakukan Qasim Amin pada masa itu diantaranya:

1.      Pendidikan untuk kaum perempuan

Qasim Amin begitu menaruh harapan kepada kaum perempuan untuk dapat menempuh pendidikan. Karena terdapat hubungan yang positif antara pendidikan perempuan dengan kemajuan perempuan. Pendidikan untuk perempuan di yakini sebagai salah satu cara untuk melepaskan kaum perempuan Mesir dari perlakuan diskriminatif.

Untuk itu, Amin memcoba  merumuskan beberapa strategi dan prinsip pendidikan yang di tawarkan Amin adalah:

a.       Perempuan harus di beri pendidikan dasar yang setara dengan laki-laki, tujuanya untuk mendapat generasi yang tanggap dan selektif dalam menerima pendapat yang datang dari luar, maka perlu di berikan pengetahuan yang layak yang diberikan di sekolah menengah.

b.      Selanjutnya harus diberikan pendidikan intelektual yaitu studi tentang ilmu pengetahuan dan seni. Ini untuk menjamin seseorang agar terbiasa dengan esensi kehidupan dan tempat didalamnya, agar ia bisa menunjukkan tingkah lakunya terhadap segala sesuatu yang bermanfaat dan dapat menikmati faedah dari ilmu pengetahuan dan hidup dengan bahagia.[4]

c.       Pendidikan Akhlaq dan budi pekerti juga harus di berikan sedini mungkin perempuan dapat menanamkan jiwa kemanusiaanya,pergaulan dalam keluarga dan kerabat  menjadi lebih sempurna

d.      Pendidikan yang ideal menurut Amin adalah pendidikan yang berlangsung seumur hidup, karena pada hakikatnya pendidikan adalah proses belajar yang tidak boleh berhenti.

2.      Hijab dan perempuan


Tradisi Mesir pada waktu itu, dimaknai sebagai keharusan perempuan untuk menutup seluruh tubuh termasuk muka dan telapak tangan dan pakaian khas, dan harus berada dalam rumah. Dalam pandangan Qasim Amin, hijab yang di kenal masyarakat Mesir ini, jelas-jelas tidak sesuai dengan syariat islam.

Oleh karena itu memurut Qasim Amin perlu di lakukan pengkajian ulang dalam masalah hijab ini, selain itu Amin mencoba melihat hijab dalam aspek ajaran agama dan aspek sosial.Amin mencoba menggugat tradisi hijab di kalangan masyarakat Mesir yang di gugat yang pertama kali adalah, kebiasaan menutup seluruh anggota tubuh, termasuk muka dan kedua telapak tangan. Kedua, tradisi hijab yang di kaitkannya  dengan kebiasaan mengurung perempuan di rumah.

3.      Perempuan dan Bangsa


Menurut Amin bangsa mesir perlu menghimpun kekuatan untuk mengimbangi kekuatan asing terutama kekuatan non materi, berupa landasan dari segala kekuatan. Untuk menjelaskan hal ini, Amin mencoba meminjam kerangka Darwin, dengan menyebutkan bahwa survei masyarakat  tidak hanya terkait tinggi rendahnya nilai keagamaan dan akhlaq yang mereka punyai, tetapi juga sejauh mana kesiapan masyarakat  dalam menerima tingkah laku perkembangan itu sendiri.

Jika ilmuan beranggapan bahwa agama merupakan penyebab kemunduran umat islam, maka amin dengan tegas menolak pendapat ini. Karena tubuh umat islam telah di rasuki berbagai bid’ah itu saja tidak cukup untuk menjelaskan ketertinggalan umat islam. Penyebab paling mendasar menurut Amin adalah meluaskan kebodohan di kalangan mereka yang di sebut Amin sebagai penyakit sosial yang berbahaya dalam sebuah masyarakat. Untuk itu perlu mempersiapkan generasi yang lebih baik.

4.      Tentang perkawinan


Gagasan ini berasal dari kondisi umum tata perkawinan yang di jumpai pada masyarakat Mesir yang menempatkan perempuan  pada posisi yang tidak sesuai dan menganggap perempuan tidak mempunyai harga diri. Tradisi memandang rendah terhadap kedudukan perempuan tidak hanya mengakar pada masyarakat bawah, akan tetapi juga berkembang di kalangan berpendidikan dan ulama. Selain itu juga praktek poligami liar juga berkembang di Mesir, itu juga tidak lepas dari kritik Amin, menurut Amin itu sebagai penyebab kemerosotan harkat dan martabat perempuan, karena semakin tinggi harkat dan martabat seorang perempuan maka semakin menurun pula praktek poligami.


5.      Tentang perceraian


Pandangan Amin tentang hal ini  berawal dari meluasnya praktek perceraian bebas di kalangan masyarakat mesir.  Amin menyebutkan bahwa hukum asal dari mengakhiri perkawinan (talak) itu adalah haram. Pandangan ini juga di kuatkan Amin dengan sejumlah dalil. Amin tidak berhenti sampai di situ  tetapi dia juga memberi kan jalan berupa RRU perceraian yang terdiri dari lima pasal yang di lihatnya bertentangan dengan al-Quran. Amin juga berharap hak-hak dan perlindungan hukum terhadap kaum perempuan dan terhindar dari perlakuan talak bebas kaum laki-laki. Prinsip ideal islam yang menunjang tinggi lembaga perkawinan  yang berkeadilan dan menjunjung kebersamaan,serta perlindungan terhadap Amin, dalam hal ini adalah sebagaimana laki-laki, perempuan juga diberi hak cerai.

B.2. Pemikiran Muhammad ABduh Secara Global


Muhammad Abduh memulai perbaikannya melalui pendidikan. Menjadikan pendidikan sebagai sektor utama guna menyelamatkan masyarakat Mesir. Menjadikan perbaikan sistem pendidikan sebagai asas dalam mencetak muslim yang shaleh. Pemikiran dibidang pendidikan dan pengajaran umum meliputi:

a.       Perlawanan terhadap taqlid dan kemadzhaban.

b.      Perlawanan terhadap buku yang tendensius, untuk diperbaiki dan disesuaikan dengan pemikiran rasional dan historis.

c.       Reformasi al-Ahzar yang merupakan jantung umat Islam. Jika ia rusak maka rusaklah umatnya, dan jika ia baik maka baik pula umat Islam.

d.      Menghidupkan kembali buku-buku lama untuk mengenal intelektualisme Islam yang ada dalam sejarah umatnya. Dan mengikuti pendapat-pendapat yang benar disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Sebagai konsekuensi dari pendapatnya bahwa umat Islam harus mempelajari dan mementingkan ilmu pengetahuan maka umat Islam harus pula mementingkan soal pendidikan. Sekolah-sekolah modern perlu dibuka, dimana ilmu-ilmu pengetahuan modern diajarkan disamping ilmu agama. Program yang diajukannya sebagai pondasi utama adalah memahami dan menggunakan Islam dengan benar untuk mewujudkan kebangkitan masyarakat.[5]

Abduh memperjuangkan sistem pendidikan fungsional yang bukan impor, yang mencangkup pendidikan univerrsal bagi semua anak, laki-laki maupun perempuan. Semuannya harus mempunyai kemampuan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung. Semuanya harus mendapat pendidikan agama, mengabaikan perbedaan sektarian dan menyoroti perbedaan Islam-Kristen.

Kata Muhammad Abduh bahwa sesungguhnya kurikulum yang baik di sekolah Islam adalah berkaitan dengan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu modern. Kedua kategori ilmu tersebut hendaknya berhasil dalam pembinaan akhlak. Sesungguhnya kata Muhammad Abduh bahwa kemajuan ilmu di mulai dari Timur baru ke Barat, kemudian saat ini kita harus mengambil kembali ilmu-ilmu yang hilang dari kita, apalagi ilmu-ilmu tersebut dikuasai oleh orang-orang di Barat. Dari penjelasannya tersebut, dapat dipahami bahwa pada masa Muhammad Abduh ilmu-ilmu modern itu berkembang di negeri Barat yang pada awalnya berasal dari negeri Timur, maka ilmu yang hilang itu harus dicari kembali dari negeri Barat.

Abduh berpendapat, perlu dimasukkan ilmu-ilmu modern ke dalam kurikulum al-Ahzar, agar ulama’-ulama’ Islam mengerti kebudayaan modern dan demikian dapat mencari penyelesaian yang baik bagi persoalan-persoalan yang timbul pada zaman modern ini. Menurutnya mempermodern pendidikan di al-Ahzar akan mempunyai pengaruh yang besar dalam usaha-usaha pembaruan Islam. Al-Ahzar memang universitas agama Islam yang dihargai dan dihormati di seluruh dunia Islam. Dari semua penjuru Islam semua orang pergi belajar disana. Ulama-ulama yang dilahirkan dari universitas ini akan tersebar keseluruh penjuru dunia Islam dan akan membawa ide-ide modern bagi kemajuan umat Islam. Usaha-usahanya dalam pembaharuan di Al-Ahzar terbentur pada tantangan kaum ulama konservatif yang belum dapat melihat faedah perubahan-perubahan yang dianjurkan.[6]

A.    Pendidikan Menurut Muhammad Abduh


1.      Kurikulum Pendidikan


a.      Kurikulum Sekolah Dasar.

Isi dan lama pendidikan harus beragam, sesuai dengan tujuan dan profesi yang dikehendaki pelajar. Abduh percaya bahwa anak tukang kayu dan petani harus mendapat pendidikan minimum agar dapat meneruskan jejak ayahnya. Kurikulum sekolah ini harus meliputi buku ikhtisar doktrin Islam yang berdasarkan ajaran sunni dan tidak menyebut-nyebut perbedaan sektarian, teks ringkasanyang memaparkan secara garis besar pondasi kehidupan etika dan moral dan menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah, dan teks ringkas sejarah hidup Nabi Muhammad, kehidupan sahabat dan sebab-sebab kejayaan Islam.

Bahwa kurikulum pada sekolah Dasar meliputi: membaca, menulis, berhitung, prinsip-prinsip bahasa Arab atau kaidah-kaidah bahasa Arab, pelajaran agama, pelajaran Akhlak. Muhammad Imarah dalam pemikirannya menambahkan bahwa pelajaran agama di sekolah dasar menurut Muhammad Abduh meliputi: Akidah, bahwa buku yang dipelajari pada sekolah dasar adalah buku ringkasan akidah lslam ahli sunnah dengan tidak mengajarkan, perbedaan pendapat disertai dengan dalil-dalil yang mudah diterima oleh akal. Pelajaran agma Islam harus menunjukkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits shahih. Pada periode ini tidak boleh mengajarkan perbandingan agama seperti perbandingan agama Islam dengan Kristen.

Fiqih dan Akhlak, buku yang dipelajari di sekolah dasar juga berhubungan dengan halal dan haram dari perbuatan sehari-hari, akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah, dan bahaya bid’ah. Semua itu diterangkan dengan menyertakan ayat-ayat al-Qur’an, hadits shahih, dan memberikan contoh-contoh orang-orang yang jujur dari umat terdahulu. Doktrin yang harus dilakukan oleh seorang guru pada tingkatan ini adalah segala perbuatan yang tidak bersandar dari Allah dan Rasulullah Saw tidak boleh diterhma.

Sejarah. buku yang dipelajari ialah sirah al-nabawiyah dan shahabatnya yang berhubungan dengan akhlak mulia, perbuatan agung, pesan-pesan agama yang berhubungan dengan pengorbanan jiwa dan harta. Selain itu, juga boleh ditambah dengan sejarah khilafat Utsmaniyah. Semua itu, hendaknya diajarkan dengan ringkas dan mudah diterima akal.

2.      Kurikulum Sekolah Menengah


Siswa sekolah menengah haruslah mereka yang ingin mempelajari syari’at, militer, kedokteran, atau ingin bekerja pada pemerintah. Kurikulum yang diajarkan pada Sekolah Menengah, semua yang ada dalam Sekolah Dasar, hanya saja materi-materi lebih diperdalam dan diperluas lagi. Adapun ciri-ciri yang lain pada kurikulum di sekolah menengah sebagai berikut:

a.       Mantiq atau ilmu logika dan dasar-dasar penalaran

b.      Akidah, Pada tingkat ini materi yang dikemukakan dengan pembuktian akal dan dalil-dalil yang, pasti. Pada tingkat ini juga, belum diajarkan perbedaan pendapat atau pembagian firqah-firqah dalam Islam. Pada tingkat ini sudah diajarkan fungsi akidah dalam kehidupan, protokol berdebat, teks tentang doktrin, menentukan posisi tengah dalam upaya menghindarkan konflik, pembahasan lebih rinci mengenai perbedaan antara kristen dan islam dan keefektifan doktrin islam dalam membentuk kehidupan di dunia dan akhirat, teks yang menjelaskan mana yang benar dan salah.

c.       Fikih dan akhlak. Pada tingkat ini pelajaran fikih dan akhlak hanya pengembangan yang diberikan pada tingkat dasar. Pelajaran ditekankan pada aspek sebab, kegunaan, dan menghormati orang tua, apa pengaruhnya terhadap kehidupan keluarga, dan sebagainya. Landasan pelajaran-pelajaran itu harus bersumber pada dalil-dalil yang shahih dan praktek ajaran Islam al-salaf al-shalih

d.      Sejarah Islam. Materi pelajaran di sini adalah pengembangan dari materi sejarah Islam pada tingkat dasar. Pada tingkat ini, sejarah Islam dapat dilihat dari perspektif agama dan aspek politik, harus berada dibelakang aspek agama. Materinya juga meliputi berbagai penaklukkan dan penyebaran Islam.

3.      Kurikulum Sekolah Tingkat Atas.   


Pendidikan yang lebih tinggi lagi untuk guru dan kepala sekolah, dengan kurikulumnya yang lebih lengkap. Pelajaran agama Islam pada tingkatan ini dijelaskan oleh Muhammad Abduh mencakup mata pelajaran : Tafsir, hadits, bahasa arab dengan segala cabangnya, akhlak dengan pembahasan yang terinci sebagai yang diuraikan oleh Imam al-Ghazali dalam bukunya yang termasyhur ihya ‘Ulum ad-Din. Ushul Fiqih, Sejarah yang termasuk di dalamnya sejarah nabi Muhammad Saw. dan shahabat-shahabatnya yang diuraikan secara rinci. Sejarah peralihan kekuasaan Islam, sejarah kerajaan Ustmaniyah, dan sejarah jatuhnya kerajaan-kerajaan Islam ke tangan lain dengan menerangkan penyebabnya, retorika (tehnik berpidato), dasar-dasar berdiskusi, dan ilmu kalam.


BAB III KESIMPULAN


Untuk menyiapkan kenyataan ini, Amin mencoba menawarkan alternatif pada tingkat intelektual dan pada tingkat praktis sosial untuk alternatif yang pertama Amin menawarkan perlu di lakukan upaya mengembalikan martabat seorang perempuan  dan desakralitas  untuk  perempuan sebagai jalan untuk  mewujudkan visi ideal islam tentang perempuan itu.

Disamping itu cara ini juga di yakini Amin  sebagai salah satu cara  untuk Mesir sebagai sebuah negara. Di lihat dari cara kerja pembaharuannya, sepertinya Amin lebih cebderung menggunakan  pendekatan kultur dalam  mewujudkan  pikiran-pikiran pembaharuannya. Pendidikan dan pemberdayaan masyarakat perempuan  yang tidak bisa dipisahkan dengan pemberdayaan masyarakat  bangsa secara umum sebagai jalan menuju citi-cita pembaharuannya.

Muhammad Abduh adalah seorang pelopor reformasi dan pembaharuan dalam pemikiran Islam. Ide-idenya yang cemerlang, meninggalkan dampak yang besar dalam tubuh pemikiran umat Islam. Beliaulah pendiri sekaligus peletak dasar-dasar sekolah pemikiran pada zaman modern juga menyebarkannya kepada manusia. Walau guru beliau Jamal Al-Afghani adalah sebagai orang pertama yang mengobarkan percikan pemikiran dalam jiwanya, akan tetapi Imam Muhammad Abduh sebagai mana diungkapkan Doktor. Mohammad Imarah, adalah seorang arsitektur terbesar dalam gerakan pembaharuan dan reformasi atau sekolah pemikiran modern. Melebihi guru beliu Jamaluddin Al-Afghani.

Konsep pendidikan Muhammad Abduh ditelaah dari faktor-faktor pendidikan menunjukkan adanya relevansinya dengan Sistem Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, terutama pada tujuan pendidikan Nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta membentuk peserta didik yang memiliki iman dan takwa serta pengetahuan yang luas.

Berangkat dari persoalan tersebut di atas, M. Abduh mengkaji lebih jauh pemikiran tentang pendidikan Islam yang mewakili kelompok modernis-rasionalis. Atau dengan kata lain, kajian tentang pemikiran pendidikan Islam M. Abduh berada pada wilayah historisitas-empiris yang responsif terhadap adanya perubahan. Dengan demikian, rekonseptualisasi atau bahkan dekonstruksi harus dilakukan terhadap warisan pendidikan Islam yang ada. Di samping juga melakukan upaya-upaya pembaharuan dengan tujuan optimalisasi fungsi pendidikan Islam dalam menghadapi berbagai perubahan dan tantangan mendepan.


DAFTAR PUSTAKA


http://ariefdotcom.blogspot.com/2012/05/pemikiran-muhammad-abduh.html. diakses pada tanggal 17 September 2013.
http://simba-corp.blogspot.sg/2012/03/makalah-pmdi-pembaharuan-di-mesir-pada.html. diakses tanggal 13 September 2013.
Qasim Amin, Sejarah Penindasan Perempuan, Menggugat Islam Laki-Laki, Menggurat Perempuan Baru,(Yogyakarta: IRCiSoD, 2003)
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Cet. IX (Jakarta: Bulan Bintang, 1992)
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas tentang Transformasi Intellektual (Bandung: Pustaka, 1995), h. 58.


[1]http://ariefdotcom.blogspot.com/2012/05/pemikiran-muhammad-abduh.html diakses pada tanggal 17 September 2013.
[2]http://simba-corp.blogspot.sg/2012/03/makalah-pmdi-pembaharuan-di-mesir-pada.html. diakses tanggal 13 September 2013.
[3]Qasim Amin, Sejarah Penindasan Perempuan, Menggugat Islam Laki-Laki, Menggurat Perempuan Baru,(Yogyakarta: IRCiSoD, 2003) h. 85-109
[4]Qasim Amin, Sejarah Penindasan Perempuan,  h. 150
[5]Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Cet. IX (Jakarta: Bulan Bintang, 1992)h. 59.
[6]Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas tentang Transformasi Intellektual (Bandung: Pustaka, 1995), h. 58.

Related Posts: Pemikiran Pembaharuan Muhammad Abduh Dan Qasim Amin Di Mesir